Notification

×

Iklan

Iklan ads

 



Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumbar: Gali Terus Potensi Kebudayaan Padang Pariaman

Rabu, 29 November 2023 | November 29, 2023 WIB Last Updated 2023-11-30T05:58:28Z
Sumbar || polhukrim.com
Festival Galanggang Arang #7 resmi ditutup oleh Undri, SS, M.Si, (Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatera Barat) di panggung utama areal Stasiun Kayutanam Padang Pariaman, Rabu (29/11). Penutupan tersebut dihadiri oleh sejumlah tamu undangan, wali nagari Kayutanam, Camat 2x11 Kayutanam beserta warga Kayutanam sekitarnya.

Undri mengapresiasi semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya Galanggang Arang di Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman dengan baik, mulai dari segenap panitia, partisipan serta semua pihak yang terlibat.

“Acara di Kayutanam begitu ramai dengan pengunjung. Keterlibatan anak nagari mulai dari pelaksana dan penampil seni budaya juga sangat tinggi," ujar Undri.

Menurut Undri, acara ini berhasil menggali potensi budaya Padang Pariaman yang sangat kaya. Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) menjadi salah satu sumber inspirasi lahirnya berbagai jenis penciptaan seni budaya.

"Balai Pelestarian Kebudayaan juga telah memamerkan arsip tentang WTBOS. Beberapa museum juga kita libatkan agar membawa asetnya untuk ikut dipamerkan, seperti Museum Sawahlunto dan museum Perang Sintuak," ujarnya.

Karenanya, selain arsip dipamerkan juga miniatur Mak Itam beserta gerbong dan beberapa properti lainnya.

Festival ditutup dengan penampilan komposisi musik tradisi modern berjudul “Sound of Kaba Nan Ampek” oleh grup musik Mahoni. Pesan kato nan Ampek, filosofi laku hidup orang Minang disajikan dalam pertunjukan musik dan aklamasi puisi. Perpaduan bunyi dari Talempong, gendang, bass, biola dan elektronik musik berhasil menuai tepuk tangan riuh para pengunjung.

Selain itu ada penampilan puisi dari komunitas Seni Nan Tumpah, Tari Indang Kreasi Sanggar Tuah Sepakat, pertunjukan musik Sanggar Umbuik Mudo dan Sanggar Binuang Sati, drama tari Sanggar Warih Bajawek, pertunjukan musik puisi SMAN1 Batang Anai dan Katumbak juga memeriahkan hari terakhir Galanggang Arang #7 Kayutanam.

Sebagian besar penampil merupakan anak nagari se-Kabupaten Padang Pariaman yang menjadikan budaya tradisi sebagai dasar untuk pengembangan budaya kekinian.

Nanda Andika Saputra, ketua pelaksana Galanggang Arang #7 mengucapkan terimakasih kepada seluruh warga nagari Kayutanam yang bahu-membahu agar perhelatan ini berjalan lancar.

"Saya terharu dengan semangat warga. Anak muda sampai orang tua ikut goro baro membersihkan tempat acara. Bahkan anak nagari ikut membuat karya seni untuk dipamerkan, ujar Nanda.

Menurutnya, Stasiun Kayutanam adalah warisan anak nagari. Karena itu segala sesuatu yang berbentuk fisik maupun budaya yang lahir dari keberadaan stasiun itu harus dirawat dan lestarikan.

"Perhelatan ini berhasil mendatangkan ribuan pengunjung. Selain ada pameran dan penampilan seni budaya tradisi, juga meningkatkan perekonomian. Pedagang yang berjualan diluar stand UMKM adalah anak nagari ini. Dagangan mereka laris manis diserbu pengunjung," cerita Nanda.

Mahatma Muhamad, kurator Festival Anak berharap agar tahun depan kegiatan ini bisa dilanjutkan pada wilayah Padang Pariaman.
"Banyak capaian pada perhelatan ini adalah hasil kerja keras anak nagari. Saya sebagai kurator hanya membantu menggali memori kolektif yang tersimpan di setiap warga. Hasil galian itu dihubungkan dengan karya penciptaan seni yang ternyata sejak lama terinspirasi dari WTBOS," jelas Mahatma.

Selain itu juga ada pengumuman pemenang lomba Layang-Layang Darek anak nagari se-kabupaten Padang Pariaman yang telah terlaksana pada tanggal 28 -29 November 2023.

Dua berturut-turut telah terlaksana berbagai macam kegiatan diantaranya pameran seni rupa dan arsip di gerbong kereta dan areal stasiun Kayutanam, arak bajamba, dialog warisan budaya, pameran kuliner dan UMKM, serta pertunjukan seni budaya lainnya.

Stasiun Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman berada di Zona B WTBOS yakni bagian dari rangkaian jalur kereta api penghubung Sawahlunto (zona A) dengan pelabuhan Teluk Bayur (zona C).

6 Juli 2019 WTBOS ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia karena kontribusinya untuk peradaban dunia. Karenanya 19 Oktober lalu di Padang, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemdikbudristek RI meluncurkan Galanggang Arang sebagai program strategis untuk menggali dan merawat kebudayaan yang bertumbuh di sepanjang kawasan WTBOS.

Salah satu warga jorong Pasa Tangah, Pak Ladun (75) pensiunan juru lansir Mak Itam di stasiun Kayutanam menyampaikan rasa bahagianya.

"Di umur saya yang renta, belum pernah melihat orang berdatangan seramai ini ke Kayutanam. Apalagi mereka juga membicarakan Mak Itam. Saya teringat waktu kerja dulu merangkai gerbong untuk Mak Itam", ujarnya dengan mata berbinar.

Desi, ketua Korong Pasa Galombang juga menyampaikan harapannya agar jalur kereta dari Kayutanam ke Sawahlunto dihidupkan lagi. Menurutnya hal itu sangat membantu perekonomian warga. Hari ini, stasiun Kayutanam yang aktif kembali di tahun 2018 baru melayani jurusan Kayutanam - Duku.

"Dulu ketika saya kecil, stasiun ini sangat ramai. Banyak orang berjualan di sekitar stasiun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu jualan yang terkenal dulu adalah katupek dendeng rabu. Namun sejak stasiun sempat tidak aktif di tahun 1990-an, tidak ada lagi menjual kuliner ini karena minimnya pembeli yang dulunya adalah penumpang stasiun," kenangnya.

Mahatma Muhamad, kurator Galanggang Arang mengajak seluruh anak nagari berpartisipasi aktif dalam mengembangkan budaya tradisi khususnya yang berada di jalur WTBOS.

          Jurnalis : M. Zega
×
Berita Terbaru Update